Minggu, 08 November 2009 02:02
Sempat Ditolak Calon Mertua
NAMA Ikang Fawzi di ranah industri musik Indonesia memang tak setenar dulu. Selain termakan usia, pelantun tembang ‘Preman’ ini rupanya punya kesibukan lain di bidang properti. Kendati dia mengaku tak sepenuhnya meninggalkan dunia yang telah memberinya ‘kehidupan’. Meski kini sibuk menjalankan bisnis properti, Ikang tetap menunaikan kewajiban sebagai seorang suami dan ayah yang baik.
Berikut petikan obrolan wartawan Berita Kota Hesti Hening YB dengan Ikang Fawzi di ruang kerjanya di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan belum lama ini. Bagaimana kabarnya? Alhamdullilah baik dan tidak kurang satu apapun. Sehingga saya tetap bisa mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak. Apa kesibukan Anda sekarang?
Saat ini saya lebih banyak bergerak di bisnis properti. Saya juga tengah menyelesaikan S2 di MM UGM. Bagaimana dengan dunia menyanyi?Kalau manggung-manggung off air masih. Sebentar lagi bersama Golang dan Eki akan meluncurkan album baru di bawah naungan Naga Swara. Kita bergabung dalam satu grup dengan nama Brother In Law. Aliran musiknya masih rock. Di sisi lain saya juga masih tetap konsen untuk tampil solo karir. Kenapa seolah tenggelam? Bukan tenggelam. Lagipula album terakhir saya baru tiga tahun lalu. Membuat lagu itu juga tidak mudah. Bagi saya cukup berat kalau satu tahun satu album. Apalagi sekarang saya keluar album bukan untuk ‘digilai’, tapi lebih pada kepuasaan dan mengutamakan kualitas demi memperkaya industri musik di Tanah Air.
Bagaimana cara membagi waktu dengan keluarga?
Layaknya seorang ayah pastinya keluarga yang utama. Saya berusaha sesibuk-sibuknya saya tidak akan mendahulukan kepentingan lain kecuali untuk keluarga, terutama untuk anak. Bahkan pernah saya suatu ketika menghentikan rapat karena harus jemput anak.
Apa sih arti keluarga bagi seorang Ikang Fawzi?
Keluarga itu saya ibaratkan perahu atau bahtera dan saya nahkodanya. Sebagai Nahkoda saya berusaha tidak egois, mau menerima kritik dan saran orang. Sehingga saya sering mendapat masukan dari istri bahkan anak dalam kehidupan sehari-hari. Pastinya saya kerap melakukan segala sesuatu bersama keluarga.
Keluarga itu saya ibaratkan perahu atau bahtera dan saya nahkodanya. Sebagai Nahkoda saya berusaha tidak egois, mau menerima kritik dan saran orang. Sehingga saya sering mendapat masukan dari istri bahkan anak dalam kehidupan sehari-hari. Pastinya saya kerap melakukan segala sesuatu bersama keluarga.
Bisa cerita awal pertemuan dengan istri?
Saya bertemu dengan istri jauh sebelum sama-sama main di film ‘Tinggal Landas Kekasih’ pada 1984, dengan sutradara (Alm) Sophan Sophian. Namun, waktu sama-sama main itulah saya makin mengenalnya dan akrab. Maksudnya? Ya, saya makin mengenal karakter aslinya dia. Awalnya saya sempat punya persepsi kalau dia itu seorang wanita tidak akan cocok dengan saya. Dulu saya ini bergaul dengan orang-orang biasa, sementara saya menganggap dia pergaulannya dengan kaum yang ‘berkelas.’ Maklumlah selain dia cantik, anak orang berada, juga saya anggap pintar. Lalu? Sejak mengenalnya makin dalam timbul perasaan suka. Apalagi saya sering melihatnya di tengah syuting tak pernah meninggalkan shalat. Padahal saya tahu waktu itu kita sama-sama punya pacar. Dia pun sering dijemput pacarnya usai syuting. Apa yang dilakukan sampai akhirnya bisa mendapatkannya?
Prinsip saya selama masih pacaran, sah-sah saja kalau kita mencoba mendapatkan perhatiannya. Saya sering cari-cari perhatian sama dia. Bahkan saya sering berharap kalau selesai syuting pacarnya tidak menjemput, sehingga saya bisa antar pulang. Siapa yang menyatakan suka terlebih dahulu? Seingat saya tidak ada yang bilang secara kata-kata. Semua mengalir begitu saja. Lantaran saya dan Marissa merasa punya keterikatan fisik yang kuat. Walaupun secara batin belum. Bagaimana dengan pacar masing-masing? Kalau saya putus karena perbedaan keyakinan dan sesuatu hal lainnya. Tapi kalau Marissa, saya tidak tahu. Bahkan sampai sekarang Marisa tak pernah bercerita dan saya memang tak ingin tahu.
Tanggapan orangtua?
Awalnya orangtua Marissa kurang setuju, terutama ayahnya. Pasalnya saat itu penampilan saya memang ngerock banget. Pakaian cuek dengan celana robek di bagian lutut. Lalu?Ayahnya mulai interes pada saya ketika kita berbicara soal masalah manajemen. Ayahnya bekerja di Pertamina dan saya saat itu kuliah di Universitas Indonesia bidang bisnis administrasi. Dari situ sang ayah berubah pandangan terhadap saya. Dia menganggap walaupun saya rocker ternyata saya dianggap punya visi.
Apa yang membuat Anda yakin Marissa jodoh Anda?
Saya pacaran dengannya 3,5 tahun. Selama pacaran saya melihat dia itu punya misi kemanusiaan yang sangat kuat. Marissa sangat peduli terhadap orang banyak. Bukan hanya itu, dia bisa menerima saya apa adanya. Bentuk penerimaannya seperti apa?Walaupun saat itu karir dia sudah sukses duluan dan saya belum apa-apa, tapi dia tidak sombong. Saya ingat dia tidak protes saat diantar acara Festifal Film Indonesia pada 1986 di Bandung dengan mobil hartop butut. Apalagi di tengah jalan mobil itu mogok. Marissa mau turun dan mendorong mobil tersebut.
Adakah komitmen sebelum nikah?
Saya sempat bilang dan berjanji pada orangtuanya kalau saya akan selalu mencintai, menjaga, dan membahagiakan Marissa. Alhamdullilah selama ini saya bisa menjalankannya. Walaupun memang ada beberapa pertengkaran terjadi dalam keluarga. Pertengkaran macam apa?Masalah sepele sebenarnya. Misalnya saja soal kebersihan. Marissa itu sosok yang sangat memperhatikan kebersihan. Dulu waktu saya masih merokok, saya sering membuang abunya sembarangan. Padahal setiap sudut rumah Marissa sudah menyediakan asbak. Hal-hal ini yang menjadi penyebab pertengkaran. Tapi pertengkaran dalam keluarga justru membuat rumah tangga makin harmonis.
Sosok istri di mata Anda?
Istri bagi saya sahabat sejati. Dia yang selalu mendukung dan memberi masukan bagi saya. Dia juga yang kerap memperingatkan dan menegur kalau saya salah. Bagaimana Anda bisa begitu menyayangi dan setia kepada istri?
Rasa sayang saya makin kuat saat dua kali menemani persalinan. Saat persalinan itu saya benar-benar menyadari perjuangan antara hidup dan matinya demi keturunan saya. Maka tak heran sebenarnya ada ungkapan kalau surga itu dibawah telapak kaki ibu atau telapak kaki wanita.
Apa arti anak bagi Anda?
Dulu saya memang sempat ingin sekali punya anak laki-laki. Namun dalam perkembangannya justru ternyata anak perempuan lebih menyenangkan. Anak juga saya anggap sebagai sahabat. Mereka pun segalanya bagi saya. Pola mendidik anak seperti apa yang diterapkan?Saya ini sosok yang berani, dalam arti mengerjakan sesuatu seperti tidak tertata. Tapi Marissa kebalikan dari saya. Dalam mendidik anak kami berusaha untuk jujur. Tidak akan meminta anak melakukan sesuatu yang baik, jika orangtua tidak bisa menyontohkannya. Pastinya pendidikan formal dan informal kita berikan kepada mereka.
Harapan ke depan untuk keluarga?
Ingin keluarga selalu tetap sama-sama berbagi beban dan kesenangan. Saya pasrah dengan segala kehidupan yang diberikan Allah. Yang penting kami tetap dalam lindungan-NYA.
Ilmu dan Musik Tak Bisa Dipisahkan
ISTIMEWA LAHIR dari keluarga musisi, membuat darah seni Ikang Fawzi tumbuh dan berkembang. Sang ayah, H. Fawzi Abdulrani merupakan pencipta lagu, pemain gitar, dan penyanyi di zamannya. Selain musisi, ayahnya juga pernah menjadi seorang diplomat. “Setiap anak diplomat memang harus bisa berkesenian, untuk membantu pekerjaan orangtua mengenalkan kesenian negara asal,” jelas Ikang Fauzi di ruang kerjanya beberapa waktu lalu. Meski berbeda selera, sang ayah lebih pada musik Hawaian dan keroncong sementara Ikang konsisten dengan aliran musik rock, namun tak dipungkiri kalau figthing spirit ayahnya mengalir di jiwanya. Meski tak berarti semua fasilitas bisa mudah didapatkan saat itu. Justru, kehidupan Ikang remaja sangat mandiri. Ikang juga sempat merasakan hidup jauh dari keluarga. “Saya mengalami hidup hanya dengan kakak. Kadang harus benar-benar fight dalam hidup,” jelasnya. Perjalanan karir musik Ikang mulai terlihat pada 1978, saat ia menjuarai lomba cipta lagu Prambors, yang berjudul Cahaya Kencana. Tak lama kemudian pada 1981 bersama Adi MS dan kelompok musiknya merilis album bertajuk Staff dengan aliran musik jazz rock. Karirnya mulai melambung saat lagu Preman pada 1981, meledak. Beberapa penghargaan mulai diraihnya. Ikang pun mulai merambah dunia layar lebar.
Lewat film Tinggal Landas Buat Kekasih, kisah cintanya dengan Marissa Haque bersemi. Bersama Marissa, pemilik nama asli Ahmad Zulfikar Fawzi mampu membina bahtera rumah tangga yang harmonis, nyaris tanpa gosip dan dikaruniai dua anak perempuan cantik, Isabella Muliawati Fawzi serta Marsha Chikita Fawzi. Pria kelahiran 23 Oktober 1959 ini sempat mengaku hampir salah arah di awal popularitasnya. Hampir saja ia meninggalkan bangku kuliah lantaran terlena dengan apa yang diperolehnya sebagai seorang musisi. Beruntung seorang dosennya Prof Dr Martani menyadarkan. Hingga akhirnya ia tergugah bahwa selain karir musik, pendidikan juga penting. “Saya sempat terlena. Saat itu pendapatan sekali manggung Rp300 ribu. Sementara pegawai negeri saja gajinya hanya Rp120 ribu. Untung ada seorang dosen menyadarkan,” ujar mahasiswa S2 itu.
Kini Ikang menyadari, ada keterkaitan antara ilmu dengan karirnya sebagai musisi. Ilmu tanpa musik menurutnya akan membuat jenuh. Sementara musik tanpa ilmu tidak akan mampu berkembang. Namun jika keduanya digabungkan, hasilnya seperti yang dirasakan sekarang. “Jadi, saat jenuh di musik, saya bisa mengerjakan usaha sesuai ilmu yang saya pelajari dulu,” akunya.
Kendati mengaku masih banyak keinginan yang belum tercapai, Ikang selalu pasrah dan bersyukur. Pastinya, dia berharap semua ilmu, network dan pengalaman yang dimiliki semaksimal mungkin akan dipergunakan untuk masyarakat luas. Salah satunya dengan terjun ke dunia politik. “Kalau tidak terjun, bagaimana kita bisa benar-benar tahu,” imbuhnya.
BIODATA
Nama lengkap : Ahmad Zulfikar Fawzi
Nama beken : Ikang Fawzi
Tanggal lahir : 23 Oktober 1959
Nama istri : Marrissa Haque
Nama anak : Isabella Muliawati Fawzi (Bella)
Marsha Chikita Fawzi (Kiki)
Marsha Chikita Fawzi (Kiki)
Menikah : 12 April 1987
Nama orangtua : H Fawzi Abdulrani (Alm)
Hj Setia Nurul Muliawati Fawzi (Alm)
Karir Album Musik
1985 - Selamat Malam
1986 - Randy & Cindy
1987 - Preman
2000 - The Veey Best Of Ikang Fawzi
1993 - Semestinya Album Achmad Albar, lagu “Panggil Aku Falina”
Karya Adjie Soetama, Tarto S
Karya Adjie Soetama, Tarto S
1990 - Jangan Bedakan Kami bersama Pakarock
Film
1982 - Pengantin Remaja II
1984 - Tinggal Landas Buat Kekasih
1985 - Yang Kukuh Runtuh
1985 - Kulihat Cinta Di Matanya
1987 - Biarkan Bulan Itu
1986 - Menggapai Matahari
1988 - Pembalasan Ratu Pantai Selatan
2008 - MBA (Married By Accident)
Penghargaan
1978 - Juara III Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors
1985 - Penyanyi Pria Musik Rock/Pop Rock Terbaik versi Majalah Gadis 1986 - Penyanyi Rock Terbaik versi Majalah Gadis ·
1987 - BASF Award, Album Rock Terbaik
1987 - BASF Award, Pencipta Lagu Rock Terbaik
1987 - The Best Selling Indonesian Album, BASF Award Pop Rock
1989 - Penyanyi Rock Terbaik versi Majalah Monitor